Warga Gampong Pande menerima Banda Aceh Heritage Awards

Banda Aceh – Dalam rangka perayaan Hari Jadi ke 809 Kota Banda Aceh, sejumlah lembaga komunitas peduli sejarah menyelenggarakan sebuah acara penganugerahan yang bertajuk “Banda Aceh Heritage Awards”. 

Acara yang Berlangsung Di Amel Convention Hall Banda Aceh, Sabtu (26/4) malam tersebut bertujuan untuk memberikan apresiasi dan penghargaan bagi para pelaku seni dan budaya yang telah mengharumkan nama Aceh dan Banda Aceh.

 Mereka yang terpilih menerima penghargaan tersebut adalah: 
1. Kategori Pelestari Sejarah dan Budaya Aceh diberikan kepada Perpustakan dan Museum Yayasan Prof. Ali Hasyimi 
2. Kategori Arsiparis Aceh diberikan kepada Teuku Alibasyah 
3. Kategori Penyelamat Warisan dan budaya Aceh diberikan kepada H. Harun Geuchik Leumik
 4. Kategori Sejarawan, Penulis dan Peneliti Sejarah Aceh diberikan kepada Rusdi Sufi
5. Kategori Pelestari Manuskrip Aceh diberikan kepada Tarmizi Abdul Hamid 
6. Kategori Pengkaji Tulisan Kuno Prasasti diberikan kepada Taqiyuddin Muhammad. 
7. Kategori Penggiat Muda Berkontribusi Melestarikan Adat Sejarah dan Budaya Aceh diberikan Kepada Drs Reza Fahlevi 
8. Kategori Komunitas Penggiat Sejarah Aceh diberika kepada Masyarakat Peduli Sejarah Aceh (MAPESA) dan
 9. Kategori Pelestari Sejarah Gampong Pande diberikan kepada Adian Yahya SE.Ak 

Dalam kesempatan itu panitia juga memberikan awards kategori spesial kepada alm. Mawardy Nurdin dan Illiza Sa’aduddin Djamal. Mereka  dinilai layak menerima special award karena telah berhasil membangun masyarakat & kota Banda aceh menjadi lebih sejahtera, aman & bersyariat.

Usai menerima penghargaan Plh. Walikota Banda Aceh Illiza Sa’aduddin Djamal SE berpesan agar para generasi muda harus bisa menghargai the founding fathernya Aceh dan Kota Banda Aceh dengan menjaga identitas dan budaya Aceh agar tidak dirusak oleh budaya luar. Dengan demikian Aceh akan bermartabat di mata dunia. 

Selain itu Illiza juga meminta kepada Pemerintah Aceh terutama kepada Kadisbudpar Aceh Drs Reza Fahlevi agar dapat menduplikasikan semua manuskrip sejarah Aceh yang saat ini tersimpan di museum yang berada di negara Belanda. 

Menurut Illiza hal itu penting dilakukan agar masyarakat Aceh dapat mengetahui benda benda sejarah Aceh, seperti peta, manuskrip, koin, surat dan lain lain. 
“Walaupun kita tidak bisa memilikinya paling tidak kita bisa menduplikasikannya sehingga benda-benda tersebut dapat dipamerkan pada ajang tahunan dengan demikian masyarakat akan mengetahui bagaimana sejarah Aceh,” ujar Illiza. 

Hadir pada acara tersebut unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kota Banda Aceh, Sekda Kota Drs T Saifuddin TA MSi, Kadisbudpar Aceh Drs Reza Fahlevi, Ketua DPRK Banda Aceh Yudi Kurnia SE beserta beberapa anggota, para kepala SKPD di jajaran Pemko Banda Aceh, Ketua KNPI Kota Banda Aceh, serta para pelaku seni dan budaya Aceh seperti Sudirman (Haji Uma) dan Rafli Kande. (Trz) (sumber : www.bandaacehkota.go.id)